Menatap Muktamar Muhammadiyah Sebuah Pertanggungjawaban Akhirat
Oleh : Muhammad Abduh Rachman

By Editor 23 Nov 2022, 08:33:44 WIB Sulawesi Selatan
Menatap Muktamar Muhammadiyah Sebuah Pertanggungjawaban Akhirat

Intiberita, Makassar -- Sejarah Organisasi Muhammadiyah dalam menjalankan amanah Muktamar (musyawarah) ke 48 menjadi tumpuan harapan jutaan orang di seluruh penjuru Nusantara dan bahkan di penjuru dunia yang mencermatinya.

Bukan saja itu mereka melihat dan mendengar apa yang dihasilkan Muktamar Ormas Muhammadiyah yg ke 48 apakah akan terjadi gesekan halus atau gesekan dalam artian hembusan dan issu gap, suara punya nilai, ataukah di intervensi ternyata tak tampak. Mereka menunjukkan yang sejatinya Musyawarah itu adalah penyatuan pendapat  yang mulia dan berakhlak dan  bisa di pertanggung jawabkan dunia wal Akhirat.


Baca Lainnya :

Pilihan tempat yang sakral  dilakukan sidang pleno di auditorium universitas Muhammadiyah Surakarta yang beberapa orang mengklaim bahwa ini adalah Auditorium is the best di dataran wilayah Jawa Tengah. Sekitar ratusan ribu di antaranya berbondong bondong   dengan kepentingan yang sama dengan pikiran dan asumsi yang bisa berbeda datang dengan status yang luar biasa yakni status anti kesedihan (penggembira) tentunya bukan penentu dalam muktamar. Mereka datang dengan semangat terridik menjadi bagian dari spirit Muktamar dengan semangat kemanusiaan.

Bukti kedatangan mereka terdidik,  tidak ada sampah di tengah puluhan ribu massa, tidak ada teriakan besar darimereka. Apalagi gesekan dorong mendorong sangat jauh dari seperti yang biasa kita lihat ketika adanya musyawarah besar. Sebuah perhelatan yang memberikan rekam jejak yang bagus untuk generasi kita akan datang sebagai bukti cinta kepada  NKRI  ini tanpa melakukan hiruk pikuk dan saling menyakiti  yang membuat kita risau kepada diri kita sendiri dan apa yang kita lihat di depan mata secara fulgar.  


Sistim penjaringan mereka dari bawah awal dari seleksi ketat untuk tidak mengikut sertakan orang yg terselubung mereka mampu mendeteksi dengan AD/ART yang matang, teruji dan terseleksi. 

Majelis Tanwir mereka juga bagian dari kunci kemenangan ukhuwah, mereka memilih angka 13 sebagai lambang dekramatisasi, yang banyak orang beranggapan itu angka sial. Dan fakta tak terbantahkan bahwa Muhammadiyah anti sial.


Belum lagi cara pemilihan secara e-voting  walaupun belum sepenuhnya komputerisasi tetapi ini pertama kalinya mereka memakai cara yg berkemajuan tidak lagi memakai kertas dan pulpen  seperti zaman dahulu televisi masih hitam putih, tetapi peserta tetap memasuki bilik untuk menjamin kerahasiaan. Peserta tinggal klik untuk memilih, beberapa bilik di sediakan sehingga cepat sekali untuk dapat di akumulasi dalam tabulasi suara sehingga terpilih  13 nama, yang kemudian13 nama itu bersidang dan 13 nama itu ikut Prof Dr Haedar Nashir. Dalam sidang itu secara aklamasi Prof Dr Haedar Nashir terpilih kembali.


Terpilihnya sang guru besar inu menepis isu   adanya kubu, isu adanya intervensi kekuasaan, Isu adanya suara berupiah, ternyata hanya berujung hoax. 

Cara memilih pemimpin oleh Muhammadiyah perlu dicontoh dengak organisasi apa pun di tanah air tanpa harus gontok gontokan. Mari kita belajar dari Muhammadiyah bagaimana bermuktamar dengan mulia dan  dapat menjadi tauladan bagi siapa saja yang bakal memimpin organisasi agar bermanfaat di dunia dan akhirat.(ist/ulho)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment