- Partai Hanura Target Satu Fraksi di DPRD Sinjai
- Camat Didampingi Lurah Kampung Buyang Melakukan Mediasi Sengketa Lahan
- Muzawir sang Anggota Dewan Hanura, Puluhan Tahun Abdikan Diri Jadi Ambulance
- Tahun 2022, Ratusan Ibu Rumah Tangga di Sinjai Menjanda
- Keluarga Pasien Apresiasi Pelayanan Cuci Darah di RS Unhas yang Bersahabat
- Wakil Ketua DPC Hanura Sinjai Kembali Bantu Korban Kebakaran di Kelurahan Lappa
- Pengusaha Property Asal Sinjai Raih Penghargaan Terbanyak Jual Rumah Subsidi di Sulsel
- Partai Hanura Sinjai Kembali Gebrak Bantu Warga Korban Kebakaran di Bulupoddo
- Mansur Sebar Program Aksita Sebuah Inovasi Platform Merdeka di Sinjai
- Kerupuk Opak, Bikeru Renyah dan Gurih Makin Diminati Warga di Sinjai
Menatap Muktamar Muhammadiyah Sebuah Pertanggungjawaban Akhirat
Oleh : Muhammad Abduh Rachman

Intiberita, Makassar -- Sejarah Organisasi Muhammadiyah dalam menjalankan amanah Muktamar (musyawarah) ke 48 menjadi tumpuan harapan jutaan orang di seluruh penjuru Nusantara dan bahkan di penjuru dunia yang mencermatinya.
Bukan saja itu mereka melihat dan mendengar apa yang dihasilkan Muktamar Ormas Muhammadiyah yg ke 48 apakah akan terjadi gesekan halus atau gesekan dalam artian hembusan dan issu gap, suara punya nilai, ataukah di intervensi ternyata tak tampak. Mereka menunjukkan yang sejatinya Musyawarah itu adalah penyatuan pendapat yang mulia dan berakhlak dan bisa di pertanggung jawabkan dunia wal Akhirat.
Baca Lainnya :
- Musim Penghujan Tiba, Kelurahan Pannambungan Adakan Sabtu Bersih Pembersihan Selokan0
- Sulianti Murad Berpotensi Maju Calon Bupati Banggai 20240
- Anniversary 4 Sulsel King Club (KSSI), Club FKS Ikut Serta Rayakan0
- Partai Hanura Cabang Sinjai Dipastikan Lolos Verifikasi Faktual0
- Drum Band Gema Bahana SD 42 Bikeru Juara Umum se Sulsel0
Pilihan tempat yang sakral dilakukan sidang pleno di auditorium universitas Muhammadiyah Surakarta yang beberapa orang mengklaim bahwa ini adalah Auditorium is the best di dataran wilayah Jawa Tengah. Sekitar ratusan ribu di antaranya berbondong bondong dengan kepentingan yang sama dengan pikiran dan asumsi yang bisa berbeda datang dengan status yang luar biasa yakni status anti kesedihan (penggembira) tentunya bukan penentu dalam muktamar. Mereka datang dengan semangat terridik menjadi bagian dari spirit Muktamar dengan semangat kemanusiaan.
Bukti kedatangan mereka terdidik, tidak ada sampah di tengah puluhan ribu massa, tidak ada teriakan besar darimereka. Apalagi gesekan dorong mendorong sangat jauh dari seperti yang biasa kita lihat ketika adanya musyawarah besar. Sebuah perhelatan yang memberikan rekam jejak yang bagus untuk generasi kita akan datang sebagai bukti cinta kepada NKRI ini tanpa melakukan hiruk pikuk dan saling menyakiti yang membuat kita risau kepada diri kita sendiri dan apa yang kita lihat di depan mata secara fulgar.
Sistim penjaringan mereka dari bawah awal dari seleksi ketat untuk tidak mengikut sertakan orang yg terselubung mereka mampu mendeteksi dengan AD/ART yang matang, teruji dan terseleksi.
Majelis Tanwir mereka juga bagian dari kunci kemenangan ukhuwah, mereka memilih angka 13 sebagai lambang dekramatisasi, yang banyak orang beranggapan itu angka sial. Dan fakta tak terbantahkan bahwa Muhammadiyah anti sial.
Belum lagi cara pemilihan secara e-voting walaupun belum sepenuhnya komputerisasi tetapi ini pertama kalinya mereka memakai cara yg berkemajuan tidak lagi memakai kertas dan pulpen seperti zaman dahulu televisi masih hitam putih, tetapi peserta tetap memasuki bilik untuk menjamin kerahasiaan. Peserta tinggal klik untuk memilih, beberapa bilik di sediakan sehingga cepat sekali untuk dapat di akumulasi dalam tabulasi suara sehingga terpilih 13 nama, yang kemudian13 nama itu bersidang dan 13 nama itu ikut Prof Dr Haedar Nashir. Dalam sidang itu secara aklamasi Prof Dr Haedar Nashir terpilih kembali.
Terpilihnya sang guru besar inu menepis isu adanya kubu, isu adanya intervensi kekuasaan, Isu adanya suara berupiah, ternyata hanya berujung hoax.
Cara memilih pemimpin oleh Muhammadiyah perlu dicontoh dengak organisasi apa pun di tanah air tanpa harus gontok gontokan. Mari kita belajar dari Muhammadiyah bagaimana bermuktamar dengan mulia dan dapat menjadi tauladan bagi siapa saja yang bakal memimpin organisasi agar bermanfaat di dunia dan akhirat.(ist/ulho)
