- Haji Badris Merintis Puluhan Property Dengan Filosofi Bumi dan Mas
- Meriah, Milad ke 7 Kerukunan Keluarga Bugis Bersatu
- Fahsul Falah Bantah Pernyataan Sekretaris Apdesi Sinjai
- Tidak Ada Gunanya Beristiqfar Tanpa Dibarengi Perbuatan Baik
- Imam yang Bersih Hatinya Tidak Mudah Tersinggung
- Ikmal Pemuda Sang Motivator Asal Sinjai Gerakkan Irigasi yang Mangkrak
- Tokoh Masyarakat Sinjai Soroti Masalah Keuangan yang Tidak Tuntas
- Gelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Marwan Aras: Bermanfaat Untuk Semua
- Ambarala Apresiasi Kunjungan Tim Kapolres Sinjai di Kantor Partai Hanura
- IKA SMA Negeri 5 Makassar Angkatan 88 akan Menggelar Maulid Akbar
Animo Masyarakat Untuk Jadi Calon Legislatif Menurun Tahun Ini

Intiberita Makassar-- Animo masyarakat untuk jadi calon legislatif tahun ini menurun. Bahkan banyak pimpinan partai kasak kusuk menawarkan orang masuk caleg menjadi repot dibuatnya.
Sulitnya mendapatkan calon legislatif ini, karena mereka menganggap ketidak pastian dukungan salah satu indikatornya.
Bahkan paling tragis lagi, hampir semua indikator pemenangan ditentukan kesiapan modal. Karena itu caleg yang mumpuni alias potensial enggan untuk jadi calon wakil rakyat lantaran modalnya minim, kata Direktur Lensa Indonesia Sugianto Pettanegara.
Baca Lainnya :
- Zainuddin Kaiyum Resmi Pimpin Partai Hanura Kabupaten Gowa0
- Waspada, Ada WA Palsu Mengatasnamakan Kadis Pendidikan Makassar0
- Partai Hanura Cabang Sinjai Dinilai Sukses Laksanakan Pendidikan Politik 0
- Amsal Turunkan Pengurus Hanura Laksanakan Jumat Berkah di Jl Pettarani0
- Sang Kolonel Lapangan Selesaikan Masalah di Warung Kopi0
" Pemilu kita ini terkesan menjadi pemilu para pemilik modal. Sebagian Masyarakat pemilih sudah terkontaminasi memilih caleg harus ada finansial dengan didominasi pemilih pragmatis. Karena itu banyak kader yang mumpuni enggan masuk jadi caleg," ujar Sugianto yang ditemui di Cafe Dewi Sungguminasa.
Sugianto owner Lembaga Survei sejak tahun 2002 menilai, ada kecenderungan lembaga pengawas melakukan pembiaran, tidak terkesan memberi efek jerah, sehingga permainan politik uang sudah membudaya.
" Banyak contoh politik pragmatis yang terjadi selama ini. Seperti, ada konsultan politik diberi target untuk memenangkan calon, ini kan ada target dan jelas untuk mendapatkan suara banyak harus didukung finansial " ujar Sugianto.
Fenomena seperti ini lembaga pengawas harus lebih bekerja ekstra untuk mengagendakan jauh sebelumnya untuk pencegahan terhadap praktik praktik kotor.
" Lembaga pengawas harus punya naluri intelijen mencium praktik kotor yang selama ini berkembang di masyarakat " katanya.
Karena itu, kata Sugianto yang juga aktifis Muhammadiyah ini menyarankan, lembaga pengawas pemilu jangan cuma tampak pada saat pemilu saja tapi harus didahului dengan pencegahan melalui pendekatan intelijen.
" Bangsa ini berharap lahir pemimpin yang mumpuni, bukan karena dukungan finansial belaka dia duduk menjadi wakil rakyat," tandas Sugianto Pettanegara. (***)
